Search

Sensasi Memabukkan Tembakau Gunung Putri Garut

Liputan6.com, Garut - "Asalamualaikum," yang dijawab sejurus kemudian, "Walaikumsalam," ujar Ahum (58), petani tembakau saat ditemui Liputan6.com di kebun miliknya, kaki Gunung Putri, Garut, Jawa Barat, Senin (13/8/2018).

Berada di ketinggian sekitar 600 meter di atas permukaan laut (mdpl). Komoditas tembakau Gunung Putri, Garut ini sejak sudah menjadi incaran investor domestik. Tercatat Gudang Garam dan Djarum Cokelat, dua pabrik terbesar tanah air, selalu setia memakainya.

"Biasanya agen, tengkulak dari Jawa (investor lokal) langsung datang kemari untuk membeli produk bako petani," ujar Ahum menambahkan.

Bako, istilah lain tembakau kering sebutan masyarakat sunda sejak lama, sudah menjadi urat nadi ekonomi masyarakat sekitar Gunung Putri, Tarogong Kidul ini. Meskipun komoditas sayuran palawija mulai merasuki, komoditas utama masih didominasi tembakau.

"Saya saja sudah hampir 20 tahun tani bako, ini sudah turun temurun dari ayah dan buyut leluhur saya," ungkap Ahum mengenang perjalanan panjang bertani tumbuhan pemilik nikotin itu.

Masa tanam hingga panen selama empat bulan lamanya, memang membutuhkan perjuangan ekstra bagi petani untuk merawatnya. Salah sedikit maka ancaman gagal tanam siap menerjang.

"Perlakukan saja layaknya kita merawat anak sendiri," ujar dia membuka salah satu resep rahasia pemeliharaan tanaman bako miliknya.

Namun, dapur mesti tetap ngebul. Tak ayal dalam beberapa kesempatan, petani sekitar tanaman bako kerap ditumpang sari dengan palawija seperti kol, tomat, cabai hingga bayam.

"Kebetulan jarak satu pohon dengan pojon lainnya kan lumayan jauh, nah sela itulah yang kami pakai buat tumpang sari," kata dia.

Saat ini, ia tengah menanam sekitar 12 ribu pohon tembakau di area seluas dua hektare miliknya. Jika nasib mujur, tak kurang dari 10 ton tembakau kering siap ia panen. Namun jika sedang tidak bersahabat, bisa mendapatkan setengahnya pun bersyukur.

"Makanya harus punya hitungan tepat, tapi patokannya tiap tahun, Agustus harus panen," kata dia.

Bagi petani bako, musim kemarau panjang adalah berkah tersendiri, selain kadar nikotin dalam daun tetap terjaga, tanaman bako yang tidak terlalu membutuhkan banyak air, justru berkembang dengan baik.

"Saat ini satu kilogram daun basah dihargai Rp 5,5 sampai 6 ribu per kilogram, kalau kering (bako) Rp 60-100 ribu per kilogram," ujar dia menerangkan taksiran harga bako tahun ini.

Dalam penentuan harga ujar dia, para petani biasanya mengikuti harga pasar, sehingga tak jarang proses transaksinya pun dilakukan dengan adu bako, istilah merokok hasil lintingan tangan sendiri dari tembakau milik petani.

"Kadang petani di sini disimpan uang dulu, barang nanti menyusul saat panen, sebab sudah tahu kualitasnya," kata dia.

* Update Terkini Asian Games 2018 Mulai dari Jadwal Pertandingan, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Pesta Olahraga Terbesar Asia di Sini.

Let's block ads! (Why?)

from Berita Hari Ini, Kabar Harian Terbaru Terkini Indonesia - Liputan6.com https://ift.tt/2nC4nU2

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Sensasi Memabukkan Tembakau Gunung Putri Garut"

Post a Comment

Powered by Blogger.