Search

Penasihat Presiden Palestina: Jangan Ada Perundingan Tersembunyi Antara Hamas-Israel

Komentar Mahmoud al-Habbash, Penasihat Presiden Palestina Mahmoud Abbas, muncul di tengah keberangkatan berbagai faksi Palestina di Jalur Gaza ke Kairo pada Selasa 14 Agustus untuk melaksanakan pembicaraan bersama para pejabat intelijen Mesir tentang kemungkinan mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Israel, dan mengakhiri pergulatan kekuasaan antara Hamas-Fatah.

Perwakilan faksi diundang oleh otoritas Mesir dalam bagian upaya berkelanjutan Kairo guna meredam konfrontasi militer antara Hamas dengan Israel, serta membujuk Hamas dan Fatah untuk menyetujui pembentukan pemerintahan Palestina yang bersatu. Demikian seperti dikutip dari The Jerusalem Post.

Selain Hamas --yang merupakan penguasa de facto Jalur Gaza-- sejumlah faksi yang turut bertolak ke Kairo antara lain: Palestinian Islamic Jihad, the Popular Resistance Committees of Palestine, al-Ahrar, al-Mujahideen, Popular Front for the Liberation of Palestine, dan Democratic Front for the Liberation of Palestine. Kebanyakan dari mereka, merupakan organisasi perjuangan kemerdekaan Palestina yang berbasis di Gaza.

Sementara itu, sepekan sebelum dialog di Kairo mulai, sebuah delegasi Fatah yang dipimpin oleh Azzam al-Ahmad turut mengadakan pembicaraan bersama di Kairo bersama dengan para mediator Mesir.

Dalam dialog pekan lalu, Fatah dan Mesir membahas tentang gencatan senjata yang diusulkan oleh Israel, serta perselisihan yang sedang berlangsung antara Negeri Bintang David dengan Hamas di Jalur Gaza. Tidak jelas apakah para pejabat Fatah akan berpartisipasi dalam diskusi baru.

Di sisi lain, para pemimpin Hamas telah memberitahu Mesir bahwa perjanjian gencatan senjata dengan Israel harus diambil oleh semua faksi Palestina, dan tidak hanya Hamas, ujar sejumlah sumber seperti dikutip dari The Jerusalem Post.

Hal yang sama berlaku untuk upaya mengakhiri keretakan Hamas-Fatah, kata sumber-sumber itu, seraya menambahkan bahwa Hamas tidak ingin dilihat sebagai perusak kesepakatan dengan Israel atau Fatah.

Pejabat senior Hamas Izzat al-Risheq, pada Selasa lalu mengatakan, diskusi di Kairo terutama difokuskan pada upaya untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Israel.

Faksi Palestina juga mengadakan konsultasi dengan satu sama lain dan dengan pejabat intelijen Mesir tentang cara untuk mencapai "rekonsiliasi nasional" antara Hamas dan Fatah, kata al-Risheq.

Husam Badran, pejabat senior Hamas lainnya, mengatakan kelompoknya siap untuk mengakhiri perselisihannya dengan Fatah berdasarkan perjanjian rekonsiliasi 2011 yang ditandatangani antara kedua pihak.

Badran mengacu pada perjanjian Hamas-Fatah yang ditandatangani di Kairo pada 3 Mei 2011, di mana kedua belah pihak sepakat untuk membentuk pemerintahan konsensus nasional. Kesepakatan itu juga menyerukan diadakannya pemilihan presiden dan parlemen jangka panjang dalam satu tahun.

Namun, Hamas dan Fatah gagal melaksanakan perjanjian itu dan yang serupa yang ditandatangani di Kairo pada Oktober 2017.

Kedua pihak yang bersaing terus saling melontarkan tuduhan kepada satu sama lain atas kegagalan perjanjian-perjanjian tersebut.

Fatah mengatakan, penolakan Hamas untuk menyerahkan kendali atas Jalur Gaza ke PA yang berbasis di Ramallah tetap menjadi kendala utama yang menghambat pelaksanaan perjanjian.

Di sisi lain, Hamas, telah menuduh pemerintah PA gagal untuk mengangkat sanksi ekonomi yang diberlakukan di Jalur Gaza tahun lalu.

Let's block ads! (Why?)

from Berita Hari Ini, Kabar Harian Terbaru Terkini Indonesia - Liputan6.com https://ift.tt/2MQ8Aie

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Penasihat Presiden Palestina: Jangan Ada Perundingan Tersembunyi Antara Hamas-Israel"

Post a Comment

Powered by Blogger.